Setelahitu request akan diterima ke DNS untuk kemudian di ubah menjadi sebuah IP, dan di broadcast keseluruh alamat yang terdaftar di DNS itu. Jika memang ada, maka akan mencari letak web server tersebut. Jika konten ditemukan, maka konten akan dikirimkan kepada siapapun yang me-request. Kontennya sendiri bisa berupa apa saja seperti video
dalampenembangan Macapat. Tembang Macapat memiliki sejarah yang cukup rumit untuk kita ketahui. Secara umum sejarah macapat ketika merujuk pada pendapat Pegeud tercipta pada akhir masa Majapahit atau sejak hadirnya pengaruh Walisongo. Hanya saja, Pendapat Pegeud berlaku kalau hanya untuk tembang macapat di Jawa Tengah.
RADARSEMARANGID, ADA satu keunikan dalam sastra jawa dalam wujud tembang Macapat. Syairnya mudah diingat dan memiliki harmonisasi sehingga enak didengar di telinga, meskipun dalam penelaahan dan pemahaman terhadap teks syair tersebut dibutuhkan kedalalaman ilmu dan wawasan tentang kebudayaan jawa. Di dalam tembang macapat
Tembangmacapat merupakan puisi rakyat, penyebarannya secara lisan dan telah turun-temurun. Dokumen-dokumen berupa dokumen tertulis tidak ditemukan di sekolah-sekolah dasar, maupun di Desa Banyumas itu sendiri. Hal ini menyebabkan tidak masalah yang dapat diidentifikasi dalam kajian tembang dolanan anak berbahasa Jawa yaitu sebagai berikut:
Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd. Daftar Isi Pengertian Tembang Macapat Pengertian Tembang Macapat Macam-Macam Contoh Tembang Macapat dan Maknanya 1. Maskumambang 2. Mijil 3. Sinom 4. Kinanti 5. Asmarandana 6. Gambuh 7. Dhandanggula 8. Durma 9. Pangkur 10. Megatruh 11. Pucung a. Pucung b. Durma c. Dhandanggula petikan dari Serat Tripoma Sejarah Tembang Macapat Aturan dan Struktur Tembang Macapat Guru Gatra Guru Lagu Guru Wilangan Macapat adalah salah satu jenis tembang atau puisi dalam bahasa Jawa. Macapat merupakan salah satu karya sastra Jawa yang memiliki perjalanan sejarah panjang dan menjadi penyampai macapat juga sering ditemukan saat acara pertunjukan wayang, pentas karawitan, dan materi pelajaran bahasa Jawa. Simak pengertian dan contoh tembang macapat dalam Bahasa Jawa di bawah ini ya!Mengutip situs Kemdikbud, tembang dapat bermakna syair, gubahan, kidung, atau nyanyian. Kemudian macapat adalah puisi tradisional dalam bahasa Jawa yang disusun dengan menggunakan aturan tertentu. Penulisan tembang macapat memiliki aturan dalam jumlah baris, jumlah suku kata, ataupun bunyi sajak akhir tiap baris yang disebut guru gatra, guru lagu, dan guru tembang macapat disenandungkan tanpa menggunakan iringan apapun, dan lebih mengutamakan pada makna yang terkandung di dalam syairnya. Seiring perkembangan zaman, tembang macapat disenandungkan dengan iringan jurnal Fungsi Sosial Kemasyarakatan Tembang Macapat karya Puji Santosa, ada pula yang berpendapat jika kata macapat berasal dari kata ma + cepat. Artinya tembang macapat cara membacanya cepat, tidak pelan dan lagunya tidak banyak cengkok ragam, gaya.Kemudian ada yang mengartikan kata macapat dengan cara uarwa dhosok keterangan atau uraian kata berdasarkan pada utak-atik bunyinya, yaitu maca membaca + pat empat, pembacaannya empat-empat.Maksudnya jika melagukan tembang itu jeda gatra pertama jatuh pada wanda suku kata yang keempat. Berdasarkan iramanya, macapat juga diartikan sebagai akronim dari kata mat + pat, maksudnya jika melagukan tembang itu menggunakan birama atau penggalan pada nyanyian atau silih pergantinya nada empat-empat, yakni satu birama berisi empat suku Poerwadarminta 1039299 yang dikutip dalam Buku Macapat dan Santiswara karya Darusuprapta, macapat adalah nama jenis tembang yang digunakan dalam gubahan puisi hasil karya sastra Jawa baru yang menggunakan metrum tembang Padmosoekotjo 196018 menyimpulkan tembang macapat adalah jenis puisi klasik dalam kesusastraan Jawa yang terikat konvensi yang mapan berupa guru gatra, guru lagu, dan guru Tembang MacapatMengutip situs Kemdikbud, tembang dapat bermakna syair, gubahan, kidung, atau nyanyian. Kemudian macapat adalah puisi tradisional dalam bahasa Jawa yang disusun dengan menggunakan aturan tembang macapat memiliki aturan dalam jumlah baris, jumlah suku kata, ataupun bunyi sajak akhir tiap baris yang disebut guru gatra, guru lagu, dan guru tembang macapat disenandungkan tanpa menggunakan iringan apapun dan lebih mengutamakan pada makna yang terkandung di dalam syairnya. Seiring perkembangan zaman, tembang macapat disenandungkan dengan iringan jurnal Fungsi Sosial Kemasyarakatan Tembang Macapat karya Puji Santosa, ada pula yang berpendapat jika kata macapat berasal dari kata ma + cepat. Artinya tembang macapat cara membacanya cepat, tidak pelan dan lagunya tidak banyak cengkok ragam, gaya. Kemudian ada yang mengartikan kata macapat dengan cara uarwa dhosok keterangan atau uraian kata berdasarkan pada utak-atik bunyinya, yaitu maca membaca + pat empat, pembacaannya empat-empat.Maksudnya jika melagukan tembang itu jeda gatra pertama jatuh pada wanda suku kata yang keempat. Berdasarkan iramanya, macapat juga diartikan sebagai akronim dari kata mat + pat maksudnya jika melagukan tembang itu menggunakan birama atau penggalan pada nyanyian atau silih pergantinya nada empat-empat, yakni satu birama berisi empat suku Poerwadarminta 1039299 yang dikutip dalam Buku Macapat dan Santiswara karya Darusuprapta, macapat adalah nama jenis tembang yang digunakan dalam gubahan puisi hasil karya sastra Jawa baru yang menggunakan metrum tembang Jawa. Kemudian Padmosoekotjo 196018 menyimpulkan tembang macapat adalah jenis puisi klasik dalam kesusastraan Jawa yang terikat konvensi yang mapan berupa guru gatra, guru lagu, dan guru Contoh Tembang Macapat dan MaknanyaTembang macapat memiliki urutan yang menggambarkan perjalanan manusia sejak masih dalam kandungan hingga meninggal, dimulai dari Maskumambang hingga Pucung. Maskumambang menggambarkan janin yang mengambang dalam rahim ibunya, Sinom yang menggambarkan masa muda, hingga Pucung yang berarti meninggal dan jurnal Mengenal Tembang Macapat karya Agus Efendi yang diterbitkan Univet Bantara Sukoharjo, dalam setiap tembang macapat terkandung nilai-nilai moral, budi pekerti dan berisi petunjuk atau tuntunan tentang perilaku utama yang harus dilakukan manusia dari lahir hingga menjelang ajal. Tujuannya agar dapat mencapai kemuliaan hidup dunia dan Macapat Tembang Jawa Indah dan Kaya Makna karya Zahra Haidar dan juga situs Selopamioro Pemkab Bantul, berikut 11 jenis tembang macapat1. MaskumambangSimbol fase roh/kandungan di mana kita masih mengapung atau kumambang di alam roh yang kemudian di dalam kandungan yang gelap. Karakter tembang ini menggambarkan kesedihan, suasana hati sedang MijilMijil melambangkan bentuk sebuah biji atau benih yang terlahir ke dunia, mijil berasal dari kata wijil yang berarti keluar. Mijil mengisahkan fase bayi manusia mulai mengenal kehidupan dunia, membutuhkan perlindungan. Tembang ini menggambarkan keterbukaan menyajikan nasihat dan tentang SinomSinom berarti pucuk yang baru tumbuh atau bersemi dan menggambarkan masa muda. Tembang ini menceritakan masa manusia tumbuh dan berkembang mengenal hal-hal baru, kesabaran, dan KinantiKinanthi berasal dari kata kanti yang berarti menggandeng atau menuntun. Tembang ini mengisahkan masa pencarian jati diri, pencarian cita-cita dan makna AsmarandanaAsmarandana mengisahkan fase paling dinamis dan berapi-api dalam pencarian cinta dan teman hidup. Gambaran dari tembang ini cinta kasih, asmara, dan juga rasa pilu dan sedih karena GambuhGambuh mengisahkan fase dimulainya kehidupan keluarga dengan ikatan pernikahan suci gambuh. Tembang ini berisi pesan tentang sikap bijaksana, nasihat hidup, persaudaraan, toleransi dan DhandanggulaDhandanggula merupakan fase puncak kesuksesan secara fisik dan mater dhandang=bejana. Namun selain kenikmatan gula manisnya hidup, semestinya diimbangi pula dengan kenikmatan rohani dan DurmaDurma merupakan fase kehidupan harus lebih banyak didermakan untuk orang lain, bukan mencari kenikmatan hidup lagi gula. Tembang ini menggambarkan peristiwa duka, selisih, dan juga kekurangan akan sesuatu berkarakter tegas, keras, dan amarah yang PangkurPangkur merupakan fase uzla pangkur=menghindar, fase menyepi, fase kontemplasi, mendekatkan diri kepada Gusti Allah dan menjauhkan diri dari gemerlapnya hidup. Tembang ini berkarakter gagah, kuat, perkasa, dan hati MegatruhMegatruh merupakan fase penutup kehidupan dunia di mana roh meninggalkan badan megat=memisahkan. Tembang ini mengisahkan kesedihan dan PucungPucung merupakan fase kembali kepada Allah, Sang Murbeng Dumadi, Sangkan Paraning Dumadi. Diawali dengan menjadi pocung jenazah, fase menuju kebahagiaan sejati, bertemu dengan yang Maha Suci. Ada pula yang mengatakan pucung berasal dari kudhuping gegodhongan atau kuncup dedaunan yang segar, tembang ini menceritakan hal-hal lucu dan Beberapa Contoh Tembang Macapata. PucungNgelmu iku kalakone kanthi lakuLekase lawan kasTegese kas nyantosaniSetya budya pengekesing durhangkarab. DurmaPaman paman apa wartane ing ndalanIng ndalan keh wong matiMati kena apaMati suduk saliraIng jaja terusing gigirPan kaniayaBadan kari ngglinthingTerjemahannya Paman ada kejadian apa di jalan, di jalan kok banyak orang meninggal, matinya kena apa ya. Kok matinya ditusuk dari dada sampai ke punggung, betul-betul teraniaya dan bangkainya tidak terutus sampai menjadi tulang dan kulit saja/berserakan tidak terurus bahkan ada yang seperti mumi. Tembang ini merupakan teka-teki yang menggambarkan pedagang tahu kupat yang sedang meracik kupat di atas piring. Kupat bisa dihidangkan di atas piring melalui proses penyiksaan terlebih Dhandanggula petikan dari Serat TripomaPada IWonten malih tuladhan prayogiSatriya gung nagari NgalengkaSang Kumbokarno arane,Tur iku warna diyu,Suprandene nggayuh utami,Duk wiwit prang Alengka,Denya darbe atur,Mring raka pinrih raharja,Dasamuka tan kengguh ing atur yekti,Dene mungsuh IIKumbokarno kinen mangsah jurit,Mring kang raka sira tan nglenggana,Nuhoni kasatriyane,Ing tekat datan purun,Among nyipta labuh nagari,Miwah kang yayah rena,Myang leluhuripun,Wus mukti aneng Alengka,Mangke arsa rinusak ing bala kapi,Punagi mati sederhananya Kumbokarno sebagai ksatria negara tidak mau disuruh kakanya untuk membela rajanya karena kakaknya sebagia pihak yang salah. Namun Kumbokarno ketika melihat sendiri hancurnya negara oleh wadya bala kera merasa geram dan bertekat membela hatinya Kumbokarno tidak rela negaranya hancur oleh musuh. Ia merasa dirinya dan leluhurnya sudah berutang segalanya ke negaranya. Jadi ia maju perang bukan karena membela kakaknya tetapi membela negara yang sangat tembang ini menunjukkan sikap Kumbokarno terhadap negaranya adalah ikut andarbeni/memiliki, angrungkebi/akan berkorban demi negara, mulat salira angrasa wani/mawas diri atau introspeksi sang Kumbokarno berani bertanya kepada dirinya, 'Jangan bertanya negara sudah memberi apa kepada kamu tetapi tanyalah dirimu sendiri apa yang sudah kamu berikan untuk negaramu'.Sikap andarbeni, angrungkebi, mulat salira angrasa wani, ini bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, kantor, tempat menuntut ilmu atau di mana Tembang MacapatMengutip jurnal Fungsi Sosial Kemasyarakatan Tembang Macapat karya Puji Santosa yang diterbitkan Kemdikbud, tembang Macapat merupakan karya sastra Jawa yang sudah lama dikenal. Konon macapat diturunkan dari dewa kepada pendeta Walmiki dan diperbanyak sang pujangga istana Yogiswara dari Serat Mardawalagu yang dikarang Ranggawarsita, macapat merupakan singkatan dari frasa maca-pat-lagu yang artinya ialah melagukan nada keempat. Selain maca-pat-lagu, masih ada lagi maca-sa-lagu, maca-ro-lagu, dan termasuk tipe tembang gedhe yang jumlah bait per pupuh bisa kurang dari empat. Sementara jumlah suku kata dalam setiap bait tidak selalu sama dan ini diciptakan oleh atau kategori yang ketiga adalah tembang tengahan yang konon diciptakan oleh Resi Wiratmaka, pendeta istana Janggala dan disempurnakan oleh Pangeran Panji Inukartapati dan itu, dalam buku Macapat Tembang Jawa Indah dan Kaya Makna karya Zahra Haidar yang diterbitkan Kemdikbud, ada yang berpendapat tembang macapat diciptakan Prabu Dewawasesa atau Prabu Banjaran Sari di Sigaluh pada 1279 Masehi. Pendapat lain mengatakan macapat tidak hanya diciptakan satu orang, tapi oleh beberapa wali dan pencipta itu antara lain Sunan Giri Kedaton, Sunan Giri Prapen, Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati, Sunan Muryapada, Sunan Kalijaga, Sultan Pajang, Sultan Adi Eru Cakra, dan Adipati Nata Praja. Pada saat wali sanga menyebarkan Islam, tembang macapat juga digunakan sebagai media dakwah. Syair yang terkandung dalam tembang macapat juga banyak yang menyiratkan nilai-nilai yang diajarkan Al-Qur' dan Struktur Tembang MacapatTembang macapat memiliki tiga unsur yakni guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan. Berikut pengertiannyaGuru GatraGuru pathokan/pedomanGatra larik/barisSetiap jenis tembang dalam setiap baitnya memiliki pedoman-pedoman berbeda-beda terhadap jumlah LaguGuru pathokan/ jatuhnya aksara vokal di akhir kata dalam setiap jenis tembang mempunyai pedoman yang sudah tidak bisa diganti tentang jatuhnya aksara vokal dalam setiap akhir kata dan setiap WilanganGuru pahotkan/pedomanWilangan jumlah suku kata/wanda dalam setiap barisSetiap jenis tembang mempunyai pedoman yang sudah ada dan tidak bisa berubah tentang jumlah wanda/suku kata dalam setiap Tangkapan Layar Buku Macapat Tembang Jawa Indah dan Kaya Makna terbitan KemdikbudSetiap tembang boleh jadi terdiri dari beberapa bait pada. Pada adalah pedoman banyaknya baris, suku kata wanda, dan jatuhnya aksara vokal guru lagu di dalam satu jenis bisa disebut bait yang memiliki norma dalam penyusunannya. Selain itu, ada pula pengelompokan beberapa tembang macapat ke dalam kelompok pupuh.Nah, itulah contoh tembang macapat dan pengertiannya. Semoga membantu kamu memahami tentang tembang macapat ya detikers! Simak Video "MAKI Bakal Bawa Perkara 75 Pegawai KPK ke MK" [GambasVideo 20detik] ams/fds
Daftar Tembang Macapat Dan Maknanya – Dalam budaya Jawa ada salah satu karya sastra bernama tembang macapat yang sampai sekarang terus dilestarikan. Meskipun tidak sepopuler dahulu, ada beberapa orang Jawa yang masih menggunakan tembang macapat dalam acara-acara mereka. Ada 11 daftar tembang macapat dan maknanya yang berbeda-beda di setiap tembangnya. Nah jadi tembang macapat yang dibawakan disesuaikan dengan Susana acara yang sedang digelar. Jika Grameds tertarik mengenal dan belajar tembang macapat lebih jauh, maka wajib menyimak artikel ini. Mulai dari penjelasan pengertian, jenis, aturan, dan sejarah dari 11 daftar tembang macapat dan maknanya berikut ini Pengertian Tembang MacapatDaftar Tembang Macapat dan Maknanya1. Tembang Maskumambang- Janin2. Tembang Mijil- Terlahir3. Tembang Sinom- Muda Tembang macapat sinom menggambarkan pucuk atau yang baru tumbuh kemudian bersemi. Filosofi tembang macapat sinom ini adalah bermakna seorang remaja yang mulai tumbuh beranjak dewasa. Seorang remaja biasanya sedang mencari jati dirinya dan bertanya tentang dirinya sendiri, kemudian berusaha menemukan sosok panutan untuk dirinya. 4. Tembang Kinanthi- Dituntun5. Tembang Asmaradana- Api Asmara6. Gambuh- Sepaham Atau Cocok7. Tembang Dhandhanggula- Manisnya Kehidupan8. Tembang Durma- Memberi9. Tambang Pangkur- Menarik Diri10. Tambang Megatruh- Sakaratul Maut11. Tembang Pocung- KematianATURAN DAN STRUKTUR TEMBANG MACAPATSEJARAH TEMBANG MACAPAT1. Pendapat Peugeud2. Pendapat Purbatjaraka Dan Karseno Saputra3. Pendapat Zoetmulder4. Tedjohadi Sumarto5. Laginem Pengertian Tembang Macapat Tembang macapat adalah salah satu karya sastra Jawa yang berbentuk tembang atau puisi tradisional Jawa. Hampir serupa dengan tembang jawa dalam kebudayaan Jawa, ada pula karya sastra yang serupa di daerah lain seperti Bali, Sasa, Sunda, dan Madura. Bahkan pernah juga ditemukan dalam kebudayaan Palembang dan Banjarmasin berupa karya sastra puisi daerah ini. Tembang macapat muncul sekitar akhir masa kepemimpinan kerajaan Majapahit dan mulai disebarkan dan dipopulerkan oleh Walisongo saat berdakwah agama. Tembang yang merupakan salah satu karya kesusastraan Jawa kuno di masa Mataram Baru biasanya ditulis menggunakan metrum macapat, yakni berbentuk prosa atau gancaran. Alias tidak dianggap sebagai karya sastra yang berdiri sendiri, melainkan diakui sebagai daftar isi saja. Contoh karya sastra berbahasa Jawa antara lain serat wulangreh, kalatidha, wedhatama, dan sebagainya. Kemudian puisi tradisional yang menggunakan bahasa Jawa terdiri dari tiga macam, yakni tembang cilik, tembang tengahan, dan tembang gedeh. Berdasarkan golongan macamnya tersebut, tembang macapat termasuk dalam tembang cilik dan tengahan. Macam tembang gedhe biasanya berkaitan dengan kakawin atau puisi tradisional Jawa Kuno. Tembang macapat memiliki peraturan yang dalam penerapannya dibandingkan dengan tembang kakawin dan juga menggunakan bahasa Jawa yang lebih mudah. Tembang kakawin biasanya juga menggunakan bahasa jawa kuno yang kental dengan bahasa sansekerta. Sedangkan tembang macapat menggunakan bahasa Jawa yang tidak terlalu memperhatikan suku kata yang panjang dan pendek. Ada 11 tembang macapat yang masing-masing memiliki aturan dan makna yang berbeda-beda dalam pembentukan guru gatra, guru wilangan, dan guru lagunya. Daftar tembang macapat ini memiliki makna yang sudah melekat pada kehidupan masyarakat, terutama orang-orang Jawa. Berikut ini 11 daftar tembang macapat dan maknanya yang perlu Grameds ketahui agar lebih memahami tahap-tahap kehidupan dalam budaya Jawa 1. Tembang Maskumambang- Janin Tembang maskumambang adalah salah satu jenis tembang macapat yang memiliki makna tentang perjalanan hidup manusia yang masih berwujud janin dalam kandungan ibunya. Tembang ini menunjukan belum adanya jati diri yang menunjukan akan terlahir sebagai seorang perempuan atau laki-laki. Tembang maskumambang berasal dari kata mas yang berarti emas, sesuatu yang sangat berharga yakni seorang anak yang berharga untuk orang tuanya dan kata kumambang yang artinya mambang atau mengambang. Yang dimaksud kumambang adalah kehidupan sang anak yang masih sangat bergantung pada ibunya di dalam Rahim dengan hidup didalamnya selama 9 bulan lamanya. Watak dan sifat rasa atau karakter dari tembang maskumambang adalah kesedihan, belas kasihan atau welas asih, dan kesusahan. Biasanya tembang ini digunakan untuk lagu yang bersisi tentang suasana duka dengan aturan tembang macapat nya 12i – 6a – 8i – 8o. 2. Tembang Mijil- Terlahir Tembang mijil memiliki makan filosofi yang melambangkan bentuk dari benih atau biji yang kemudian berhasil terlahir ke dunia. Tembang macapat mijil menjadi lambang permulaan dari kisah perjalanan hidup seseorang di dunia. Seseorang tersebut terlahir dengan sangat suci dan lemah sehingga masih memerlukan perlindungan. Tembang Macapat mijil juga dapat bermakna keluar yang berhubungan dengan kata wijil yang memiliki makna lawang atau juga dapat berarti nama jenis tumbuhan yang memiliki aroma wangi. Watak dan sifat rasa tembang mijil adalah mencerminkan keterbukaan seseorang yang tepat untuk memberikan nasehat, cerita, dan perihal asmara. Tembang Mijil memiliki struktur atau aturan kaidah 10i – 6o – 10e – 10i – 6i – 6o. 3. Tembang Sinom- Muda Tembang macapat sinom menggambarkan pucuk atau yang baru tumbuh kemudian bersemi. Filosofi tembang macapat sinom ini adalah bermakna seorang remaja yang mulai tumbuh beranjak dewasa. Seorang remaja biasanya sedang mencari jati dirinya dan bertanya tentang dirinya sendiri, kemudian berusaha menemukan sosok panutan untuk dirinya. Tugas seorang remaja adalah menuntut ilmu dengan sebaik mungkin demi bekal kelak di masa depan. Sinom juga memiliki keterkaitan dengan kata sinoman yang berarti perkumpulan para pemuda untuk membantu orang yang sedang punya hajat. Sinom ini kemudian berkaitan dengan upacara anak anak pada zaman dahulu dan juga bisa merujuk pada daun dari pohon yang masih muda. Tembang sinom memiliki struktur atau aturan yang bercirikan memiliki 9 baris dengan setiap baitnya berguru lagu a, i, a, i, i, u, a, i dan a dan berguru wilangannya terdiri 8, 8, 8, 8, 7, 8, 7 dan 8. 4. Tembang Kinanthi- Dituntun Tembang macapat kinanthi berasal dari kata kanthi yang artinya menuntun yang memiliki filosofi kehidupan yakni hidup dari seorang anak yang memerlukan tuntunan. Ia butuh pegangan dari orang lain agar bisa berjalan dengan baik dalam kehidupan ini. Yakni memahami berbagai macam adat maupun norma yang berlaku dan dijunjung tinggi dalam lingkungan masyarakat dimana ia tumbuh. Tembang kinanthi memiliki watak yang menggambarkan perasaan bahagia , perilaku teladan yang baik, nasehat atau petuah-petuah, dan kasih sayang. Struktur atau aturan kaidah tembang kinanti adalah 8u, 8i, 8a, 8i, 8a dan 8i. 5. Tembang Asmaradana- Api Asmara Tembang Asmaradana berasal dari kata asmara yang artinya cinta kasih sehingga tembang ini memiliki makna yang mengisahkan gejolak asmara seseorang. Dalam kehidupan manusia memiliki perasaan dan emosi yang bisa dimabuk cinta dan tenggelam dalam lautan kasih. Perasaan cinta yang dimaksud tidak hanya kepada manusia saja, namun juga kepada sang pencipta, Rasulullah SAW, dan alam semesta. Watak atau karakter tembang asmaradana adalah menggambarkan asmara, cinta kasih, dan rasa pilu atau kesedihan. Tembang ini biasanya digunakan untuk mengungkapkan perasaan cinta, baik kebahagiaan sebagai pengharapan atau kesedihan karena patah hati. Struktur atau aturan kaidah tembang asmaradana adalah 8i – 8a – 8e – 7a – 8a – 8u – 8a. 6. Gambuh- Sepaham Atau Cocok Tembang gambuh adalah tembang macapat yang berarti menghubungkan atau menyambungkan. Tembang gambuh memiliki makna untuk menyambungkan dan menjelaskan kisah hidup seseorang yang sudah mulai menemukan pujaan hatinya. Hubungan tersebut kemudian mampu dipertemukan keduanya untuk melangsungkan pernikahan dan akhirnya bisa menjalani hidup bersama sampai akhir hayat. Tembang gambuh memiliki sifat rasa yang biasa dipakai untuk suasana yang esti atau tanpa keraguan, maksudnya adalah kesiapan dan keberanian untuk maju ke medan yang itu watak atau karakter tembang gambuh adalah berhubungan dengan persahabatan dan keramahan yang menjelaskan kisah kehidupan manusia. Tembang gambuh memiliki struktur atau aturan kaidah 7u – 10u – 12i – 8u – 8o. 7. Tembang Dhandhanggula- Manisnya Kehidupan Tembang dhandhanggula berasal dari kata gegadhangan yang berarti cita-cita atau harapan. Kata gula bermakna manis, indah dan menyenangkan. Tembang ini memiliki makna sepasang kekasih yang memperoleh kebahagiaan setelah melewati suka duka bersama-sama untuk kemudian meraih cita-cita. Karakter atau watak tembang dhandhanggula adalah gembira, luwes, dan indah sehingga cocok untuk menunjukan kebaikan, rasa cinta, dan kebahagiaan. Struktur atau kaidah tembang ini adalah 10i – 10a – 8e – 7u – 9i – 7a – 6u – 8a – 12i – 7a. 8. Tembang Durma- Memberi Berasal dari kata derma yang artinya suka memberi dan berbagi rezeki, tembang durma memiliki makna mundurnya tata krama atau etika seseorang dalam kehidupan. Tembang ini menggambarkan kisah manusia yang telah memperoleh kenikmatan dari tuhan dan berada dalam kondisi kecukupan yang seharusnya bersyukur dan berbagai. Tembang durma memiliki watak yang keras, tegas, dan penuh dengan gejolak amarah. Itulah sebabnya tembang ini tergambar semangat perang dan pemberontakan. Struktur atau aturan kaidah ttembang durma adalah 12a – 7i – 6a – 7a – 8i – 5a – 7i. 9. Tambang Pangkur- Menarik Diri Berasal dari kata mungkur yang berarti pergi dan meninggalkan, tembang pangkur memiliki makna sebagai proses mengurangi hawa nafsu dan mundur dari urusan duniawi. Tembang ini mengisahkan tentang manusia yang memasuki usia senja dan saatnya untuk introspeksi diri dari masa lalu dan kepribadianya kepada tuhan. Karakter tembang pangkur adalah kuat, perkasa, gagah, berhati besar. Tembang ini memiliki aturan kaidah 8a – 11i – 8u – 7a – 8i – 5a – 7i. 10. Tambang Megatruh- Sakaratul Maut Berasal dari kata megat roh yang artinya putusnya roh atau terlepas dari roh, tembang megatruh memiliki makna perjalanan manusia yang telah selesai di kehidupan dunia. Tembang ini menggambarkan kondisi manusia yang akan menghadapi sakaratul maut. Watak tembang megatruh adalah penyesalan, kesedihan, dan kedudukan dengan aturan kaidah 12u – 8i – 8u – 8i – 8o. 11. Tembang Pocung- Kematian Daftar tembang macapat yang terakhir adalah tembang pocung yang berasa dari kata pocong yang bermakna seseorang yang sudah tidak bernyawa atau meninggal yang kemudian dikafani atau dipocong sebelum dikuburkan. Tembang ini menggambarkan bahwa setiap yang bernyawa akan kehilangan nyawanya dan menjeput ajalnya kepada kematian. Meskipun bermakna kematian namun tembang pocung memiliki watak yang jenaka atau lucu yang digunakan untuk menceritakan hal lelucon sebagai nasihat. Struktur atau aturan kaidah tembang ini adalah 12u – 6a – 8i – 12a. Baca juga Nama Tarian Daerah ATURAN DAN STRUKTUR TEMBANG MACAPAT Karya tradisional jawa ini memiliki aturan atau struktur tertentu yang menjadi ciri khas tembang macapat. Sebuah karya sastra tembang macapat biasanya memiliki beberapa pupuh yang setiap pupuh-nya terbagi lagi menjadi beberapa baik atau pada. Pupuh adalah bentuk puisi tradisional Jawa yang memiliki rima tertentu setiap barisnya dan sejumlah suku kata. Setiap pupuh kemudian memiliki metrum yang sama yang tergantung pada watak isi teks yang diceritakan dalam tembang macapat tersebut. Jadi, setiap bait di tembang macapat memiliki struktur guru gatra yang didalamnya memiliki sejumlah guru wilangan dan diakhiri dengan guru lagu. Berikut ini penjelasan tentang struktur tembang macapat yang perlu Grameds ketahui Guru Gatra Banyaknya jumlah baris atau larik kalimat dalam satu bait tembang macapat Guru wilangan Banyaknya jumlah suku kata pada setiap baris atau larik kalimat Guru Lagu Bunyi vocal pada setiap sajak akhir yang ada di setiap baris atau larik kalimat SEJARAH TEMBANG MACAPAT Kemunculan tembang macapat memiliki catatan sejarah, meskipun belum ada penemuan yang pasti terkait munculnya tembang macapat pertama kali. Itulah sebabnya banyak versi dari sejarah tembang macapat seperti berikut ini 1. Pendapat Peugeud Kemunculan tembang macapat menurut Pegeud adalah pada akhir masa kerajaan Majapahit dan sejak adanya pengaruh dari pada walisongo. Pendapat Peugeud hanya merujuk pada kemunculan tembang macapat di Jawa Tengah saja karena sejarah tembang macapat di Jawa Timur dan Bali diperkirakan sudah ada sebelum kedatangan Islam. Hal tersebut dapat terlihat dari teks berjudul Kidung Ranggalawe dari Bali dan Jawa Timur yang selesai ditulis sekitar tahun 1334 masehi. Karya tersebut dikenal dari versi yang paling mutakhir dari Bali 2. Pendapat Purbatjaraka Dan Karseno Saputra Poerbatjaraka berpendapat bahwa tembang macapat pertama kali muncul bersama dengan syair Jawa Tengahan. Pendapat tersebut kemudian diperkuat oleh Karseno Saputra yang mengatakan demikian “Pola metrum yang digunakan tembang macapat sama dengan pola metrum tembang tengahan. Apabila tembang macapat tumbuh berkembang bersamaan dengan tembang tengahan, maka dapat diperkirakan bahwa tembang macapat telah lahir dikalangan Masyarakat penikmat karya sastra, setidak-tidaknya tahun 1541 masehi” Perkiraan tersebut berdasarkan tahun yang ada di Kidung Subrata dan Rasa Dadi Jalma, yakni 1643 atau 1541 masehi. Pada tahun tersebut telah hidup dan berkembang puisi berbahasa jawa kuno, jawa tengahan, dan jawa baru seperti kakawin, kidung, dan tembang macapat tersebut. 3. Pendapat Zoetmulder Zoetmulder berpendapat bahwa tembang macapat mulai muncul sesuai dengan perkiraan tahun yang ada pada Kidung Subrata di atas. Yakni muncul sekitar kurang lebih abad XVII dimana ada tiga bahasa jawa yang digunakan pada saat itu, yaitu jawa kuno, jawa tengahan, dan jawa baru. 4. Tedjohadi Sumarto Menurut Tedjo Hadi Sumarmo 1958 dalam Mbombong manah menunjukan bahwa tembang macapat mencakup 11 matrum yang diciptakan oleh Prabu Dewa Wisesa Pramu dari Banjarmasin di Segaluh 1191 tahun Jawa atau tahun 1279 masehi. 5. Laginem Merujuk pada Leginem 1996, tembang macapat tidak hanya ditulis oleh satu orang, melainkan oleh beberapa wali dan bangsawan sebagai berikut Sunan Giri Kedaton Sunan Giri Prapen Sunan Bonang Sunan Gunung Jati Sunan Mayapada Sunan Kali Jaga Sunan Drajat Sunan Kudus Sunan Geseng Sunan Bejagung Sultan Pajang Sultan Adi Eru Cakra Adipati Nata Praja Baca juga artikel terkait “Daftar Tembang Macapat dan Maknanya” Alat Musik Melodis Alat Musik Ritmis Alat Musik Tradisional dan Daerahnya Macam Alat Musik Modern dan Tradisional Jenis Genre Musik Lagu Persahabatan Terbaik Macam Genre Film Nah, itulah penjelasan tentang daftar tembang macapat dan maknanya yang perlu Grameds ketahui berkaitan dengan budaya Jawa. Apakah Grameds masih kesulitan membedakannya? Setiap tembang macapat di atas memang memiliki makna masing-masing yang mencerminkan kehidupan manusia, mulai dari lahir hingga kematian. Mengenal makna tembang macapat dapat membantu kita lebih mengenali dan memaknai filosofi kehidupan manusia yang sangat lekat dengan diri kita. Berdasarkan sejarah, tembang macapat memang menjadi karya sastra Jawa yang mengandung makna nasihat dan menjadi cara budaya mendidik peradabannya. Berbicara tentang budaya Jawa memang tidak ada habisnya dan banyak nilai-nilai filosofis di dalamnya yang terkadang sulit untuk didefinisikan. Jika Grameds tertarik mengenal dan belajar lebih dalam tentang tembang macapat dalam budaya Jawa maka bisa kunjungi koleksi buku Gramedia di Grameds akan memperoleh referensi buku yang bisa dipelajari dengan mudah mengenal budaya Jawa lebih luas lagi. Berikut ini rekomendasi buku Gramedia yang bisa Grameds baca untuk menguasai tentang tembang macapat dalam budaya Jawa Selamat belajar. SahabatTanpabatas ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien
– Tembang Macapat adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang sangat kaya dan menarik untuk dipelajari. Macapat adalah seni suara tradisional Jawa yang memiliki ciri khas tersendiri dalam setiap baitnya. Tembang ini mengandung banyak makna dan filosofi yang sangat dalam, sehingga menjadi salah satu kekayaan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Lagu Macapat memiliki ciri khas tersendiri dalam setiap baitnya. Setiap bait memiliki aturan penulisan yang ketat, baik dari segi jumlah suku kata, jumlah baris, maupun pola irama yang digunakan. Selain itu, juga mengandung banyak makna dan filosofi yang sangat dalam, sehingga menjadi salah satu kekayaan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Tembang Macapat memiliki banyak penggemar dan pemain yang tersebar di seluruh Indonesia. Bahkan, mendapatkan pengakuan internasional, terbukti dengan dijadikannya Macapat sebagai Warisan Budaya Lisan dan Takbenda Dunia oleh UNESCO pada tahun 2009. Dalam artikel ini, kami akan membahas lebih dalam tentang Tembang Macapat, mulai dari sejarahnya, jenis-jenisnya, makna dan filosofi di baliknya, keindahan dan estetika, hingga contohnya yang terpopuler. Yuk, mari kita mengenal lebih dekat tentang kekayaan budaya Indonesia yang satu ini! Daftar isi artikelPengertian Tembang MacapatAturan penulisan dan karakteristik Tembang MacapatMengapa Tembang Macapat penting untuk dipelajari?Sejarah Tembang MacapatAsal-usul Tembang MacapatPerkembangan Tembang Macapat dari masa ke masaTokoh-tokoh penting dalam dunia Tembang MacapatJenis-Jenis Tembang MacapatMakna dan Filosofi di Balik Tembang MacapatFilosofi dalam Tembang MacapatSimbol-simbol penting dalam Tembang MacapatKeindahan dan Estetika Tembang MacapatKarakteristik Tembang Macapat yang membuatnya indahKonsep keindahan dalam Tembang MacapatKeunikan Tembang Macapat dalam seni musik tradisional JawaContoh Tembang MacapatPentingnya Tembang Macapat untuk dijaga dan dipelajariKesimpulan Pengertian Tembang Macapat Tembang Macapat adalah salah satu bentuk sastra lisan yang berasal dari Jawa, terdiri dari sejumlah puisi yang diucapkan dengan irama dan laras nada tertentu. Tembang ini sering digunakan dalam pertunjukan seni tradisional Jawa seperti wayang dan gamelan. Sering juga digunakan untuk menyampaikan pesan moral dan agama kepada masyarakat. Secara etimologis, kata “tembang” berasal dari bahasa Jawa yang berarti “lagu” atau “puisi”. Sedangkan kata “macapat” berasal dari kata “cap” yang berarti “jumlah” atau “angka”. Sehingga Tembang Macapat dapat diartikan sebagai “puisi yang dihitung”. Tembang ini memiliki banyak variasi, baik dari segi irama, melodi, maupun lirik. Setiap jenisnya memiliki keunikan dan karakteristik yang berbeda-beda. Tembang ini juga memiliki nilai sejarah yang tinggi sebagai salah satu bentuk sastra lisan yang telah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan masih lestari hingga saat ini. Aturan penulisan dan karakteristik Tembang Macapat Tembang Macapat memiliki aturan penulisan yang khas dan juga memiliki karakteristik yang membedakannya dari jenis puisi atau sajak lainnya. Berikut ini adalah beberapa aturan penulisan dan karakteristiknya Menerapkan aturan aksara Jawa ditulis dengan menggunakan aksara Jawa, sehingga memiliki tampilan yang khas dan membutuhkan keahlian khusus dalam membacanya. Menggunakan jumlah baris dan suku kata tertentu memiliki jumlah baris dan suku kata yang sudah ditentukan, yaitu guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan. Menggunakan bahasa Jawa kuno ditulis dengan menggunakan bahasa Jawa kuno yang memiliki kosakata khas dan tidak lagi digunakan dalam bahasa Jawa modern. Menggunakan kata ganti orang ketiga selalu menggunakan kata ganti orang ketiga dalam penyampaiannya, sehingga memberikan kesan formal dan khas. Menyampaikan pesan moral dan agama sering kali digunakan untuk menyampaikan pesan moral dan agama, sehingga memiliki karakteristik yang bernuansa keagamaan dan mengandung nilai-nilai moral yang baik. Mengandung filosofi kehidupan memiliki karakteristik yang mengandung filosofi kehidupan yang dalam, sehingga bisa dijadikan sebagai sumber inspirasi dan motivasi bagi pembaca atau pendengarnya. Memiliki irama dan melodi khas memiliki irama dan melodi khas yang membedakannya dari jenis puisi atau sajak lainnya, sehingga dapat dinyanyikan atau diiringi dengan alat musik tradisional. Itulah beberapa aturan penulisan dan karakteristik Tembang Macapat yang membuatnya memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri. Dengan memahami aturan penulisan dan karakteristiknya, kita dapat lebih mengapresiasi keindahan seni sastra Jawa dan warisan budaya Indonesia yang berharga. Pelajari juga 3 Tembang Jawa Jenis, Watak, Sasmita, lan Tuladha yang harus Anda ketahui Mengapa Tembang Macapat penting untuk dipelajari? Tembang Macapat merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang memiliki nilai sejarah dan filosofis yang sangat tinggi. Tembang ini memiliki banyak makna dan pesan yang terkandung di dalamnya, sehingga tidak hanya sekadar lagu atau musik semata, melainkan juga sarana untuk memperkaya pemahaman kita tentang kehidupan, agama, etika, dan nilai-nilai budaya yang berlaku di masyarakat. Dengan mempelajarinya, kita dapat mengenal lebih dekat tentang kebudayaan Jawa, mengapresiasi seni musik tradisional, serta memahami makna dan filosofi di balik setiap baitnya. Selain itu, dengan mempelajari, kita juga turut berkontribusi dalam melestarikan budaya Indonesia yang kaya dan indah. Tembang Macapat juga dapat menjadi salah satu media untuk memupuk rasa nasionalisme dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Melalui tembang ini, kita dapat mengenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia internasional dan mempererat hubungan antarbangsa. Dengan begitu, kita tidak hanya bermanfaat untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan kita tentang kebudayaan Indonesia, tetapi juga menjadi bagian dari upaya kita untuk melestarikan warisan budaya Indonesia yang membanggakan. Tembang Macapat memiliki sejarah yang sangat panjang dan kaya. Menurut catatan sejarah, tembang ini pertama kali muncul pada masa Kerajaan Majapahit, sekitar abad ke-14. Pada masa itu, digunakan sebagai media untuk menyebarkan ajaran agama Hindu dan Buddha kepada masyarakat. Selama masa penjajahan Belanda, sempat mengalami penurunan popularitas, karena dianggap sebagai musik yang ketinggalan zaman dan hanya dimainkan oleh kalangan tertentu saja. Namun, pada masa pergerakan nasional, Macapat kembali diangkat sebagai simbol kebanggaan bangsa Indonesia dan menjadi semakin populer di kalangan masyarakat. Setelah kemerdekaan Indonesia, pemerintah pun semakin gencar dalam melestarikan dan mengembangkan seni musik tradisional Indonesia, termasuk Macapat. Bahkan, pada tahun 2009, diakui sebagai Warisan Budaya Lisan dan Takbenda Dunia oleh UNESCO, sebagai bentuk pengakuan atas kekayaan budaya Indonesia yang sangat berharga. Sekarang, Tembang Macapat terus hidup dan berkembang di masyarakat, dengan banyaknya pelaku seni yang terus memainkan dan menyebarkannya ke seluruh Indonesia dan bahkan ke mancanegara. Dengan demikian, tembang ini tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan untuk generasi selanjutnya. Asal-usul Tembang Macapat Tembang Macapat memiliki asal-usul yang cukup kompleks dan masih menjadi bahan perdebatan di kalangan para ahli musik. Beberapa teori mengatakan bahwa tembang ini berasal dari musik Jawa kuno, sementara yang lain mengatakan bahwa tembang tersebut memiliki pengaruh dari musik India dan Cina. Menurut catatan sejarah, Macapat pertama kali muncul pada masa Kerajaan Majapahit pada abad ke-14. Pada masa itu digunakan sebagai media untuk menyebarkan ajaran agama Hindu dan Buddha kepada masyarakat. Bahkan, ada beberapa teori yang mengatakan awalnya digunakan sebagai media untuk mengajarkan ajaran-ajaran keagamaan kepada para raja dan bangsawan di Kerajaan Majapahit. Namun, ada juga teori yang mengatakan bahwa Macapat berasal dari musik Jawa kuno yang sudah ada sejak jaman Kerajaan Mataram Kuno. Tembang ini kemudian berkembang di Kerajaan Majapahit dan mengalami beberapa perubahan hingga menjadi seperti yang kita kenal sekarang. Meskipun masih menjadi bahan perdebatan di kalangan para ahli musik, yang pasti adalah Tembang Macapat merupakan bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan untuk generasi selanjutnya. Perkembangan Tembang Macapat dari masa ke masa Perkembangan Macapat dari masa ke masa sangat dipengaruhi oleh perubahan zaman dan budaya di Indonesia. Pada awalnya, Macapat digunakan sebagai media untuk menyebarkan ajaran agama Hindu dan Buddha di Kerajaan Majapahit. Namun, seiring berjalannya waktu, tembang ini mulai digunakan dalam berbagai acara adat seperti pernikahan, upacara kematian, dan lain-lain. Pada masa kolonial Belanda, Macapat mengalami sedikit penurunan popularitasnya karena pemerintah kolonial tidak memperhatikan dan menghargai seni budaya tradisional Indonesia. Namun, setelah Indonesia merdeka, kembali diangkat dan dilestarikan oleh para seniman dan budayawan. Selama periode Orde Baru, Macapat kembali mengalami masa kejayaannya dan banyak digunakan dalam acara-acara resmi pemerintah. Namun, seiring berjalannya waktu, popularitasnya kembali menurun dan hanya dijadikan sebagai salah satu hiburan tradisional. Namun, saat ini, Tembang Macapat mulai mendapatkan perhatian kembali dari masyarakat Indonesia. Banyak seniman dan budayawan yang berusaha untuk melestarikan dan mengembangkannya dengan cara yang lebih modern dan kreatif. Bahkan, juga mulai digunakan sebagai media pendidikan dan sosialisasi nilai-nilai budaya kepada masyarakat. Perkembangan tembang ini dari masa ke masa menunjukkan betapa pentingnya menjaga dan melestarikan kebudayaan Indonesia. Tembang ini sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia harus terus dilestarikan dan dikembangkan agar dapat dinikmati oleh generasi selanjutnya. Tokoh-tokoh penting dalam dunia Tembang Macapat Dalam dunia tembang, terdapat beberapa tokoh penting yang berjasa dalam melestarikan dan mengembangkan Tembang Macapat hingga saat ini. Salah satu tokoh penting tersebut adalah Soedarsono, seniman sekaligus peneliti musik Jawa yang banyak berkontribusi dalam mengembangkannya melalui penelitian dan pengajaran. Selain itu, Ki Nartosabdho juga merupakan tokoh penting. Ia dikenal sebagai salah satu seniman wayang kulit terkemuka di Indonesia yang sering menggunakan Macapat dalam pertunjukannya. Ia juga turut melestarikannya melalui pengajaran dan publikasi buku-buku. Tak hanya itu, Slamet Gundono juga merupakan tokoh penting dalam dunia Macapat. Ia merupakan seorang seniman yang memadukan Macapat dengan musik kontemporer dan berhasil menciptakan lagu-lagu yang modern namun tetap mempertahankan nuansa klasik Tembang Macapat. Selain ketiga tokoh di atas, masih banyak lagi tokoh penting lainnya, seperti Ki Manteb Soedharsono, Ki Enthus Susmono, dan lain-lain. Semua tokoh tersebut memiliki peran penting dalam melestarikan dan mengembangkannya sehingga tetap dapat dinikmati oleh masyarakat hingga saat ini. Pelajari juga 4 jenis Sekar di Bali lengkap dengan jenis dan contohnya Jenis-Jenis Tembang Macapat Tembang Macapat memiliki beberapa jenis yang masing-masing memiliki karakteristik dan keunikan tersendiri. Berikut adalah beberapa jenis Macapat yang populer di Jawa Maskumambang Mijil Sinom Asmaradana Kinanthi Gambuh Pangkur Durma Megatruh Pucong Dhandhanggula Itulah beberapa jenis Tembang Macapat yang populer di Jawa. Setiap jenis memiliki keunikan dan karakteristik yang berbeda-beda, sehingga dapat memberikan pengalaman yang berbeda bagi pendengarnya. Makna dan Filosofi di Balik Tembang Macapat Tembang Macapat selain dikenal dengan melodi dan bait-baitnya yang indah, juga memiliki makna dan filosofi yang dalam. Setiap tembang memiliki tema dan pesan yang berbeda-beda yang dapat diambil hikmahnya oleh pendengarnya. Beberapa macapat, seperti “Gambuh”, mengandung makna tentang keindahan alam dan cinta kasih. Sementara itu, tembang “Pangkur” mempunyai pesan tentang kebijaksanaan dan kearifan dalam bertindak. Tembang “Sinom” juga mempunyai makna yang dalam tentang kerendahan hati dan keikhlasan dalam beribadah. Selain makna, juga mengandung filosofi yang mencerminkan nilai-nilai budaya Jawa. Misalnya, aturan penulisan yang mengikuti struktur watak aksara Jawa, mencerminkan adanya penghormatan terhadap budaya dan tradisi Jawa. Dalam Macapat juga terdapat penggunaan bahasa Jawa kuno yang memberikan kesan klasik dan kearifan lokal yang kental. Hal ini menunjukkan bahwa tembang ini bukan hanya merupakan karya seni yang indah, tetapi juga menjadi bagian penting dari warisan budaya Jawa yang patut dilestarikan. Maka dari itu, mempelajari Macapat bukan hanya sekedar mengapresiasi keindahan seni, tetapi juga dapat memperkaya pengetahuan tentang budaya Jawa dan nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalamnya. Filosofi dalam Tembang Macapat Tembang Macapat memiliki banyak filosofi yang terkandung di dalamnya. Secara umum, filosofi yang terkandung berkaitan dengan ajaran agama, moralitas, etika, kebijaksanaan, serta nilai-nilai kehidupan yang luhur. Salah satu filosofi yang terdapat dalam Macapat adalah mengenai kebijaksanaan dalam hidup. Beberapa tembang seperti “Asmaradana” dan “Sinom” mengajarkan tentang pentingnya memiliki kebijaksanaan dalam mengambil keputusan. Selain itu, juga mengajarkan tentang pentingnya menjaga kesopanan dan menghargai nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tercermin pada beberapa tembang seperti “Dhandhanggula” dan “Pocung”. Selain itu, filosofi yang terkandung juga berkaitan dengan ajaran agama. Beberapa tembang seperti “Durma” dan “Dumadi” mengajarkan tentang pentingnya mengabdikan diri kepada Tuhan dan menjalankan ajaran agama dengan baik, juga mengajarkan tentang pentingnya hidup dengan penuh cinta kasih dan menghargai sesama manusia, seperti terlihat pada tembang “Kinanthi”. Dalam Macapat juga terkandung filosofi tentang kehidupan alam. Beberapa tembang seperti “Gambuh” dan “Megatruh” mengajarkan tentang keindahan alam dan pentingnya menjaga kelestariannya. Secara keseluruhan, Macapat memiliki banyak filosofi yang dapat diambil sebagai pedoman hidup yang baik. Melalui makna dan filosofi yang terkandung dalam tembang ini, kita dapat belajar untuk hidup dengan bijaksana, berakhlak mulia, dan menghargai nilai-nilai kehidupan yang luhur. Simbol-simbol penting dalam Tembang Macapat Tembang Macapat selain memiliki filosofi yang mendalam, juga memiliki simbol-simbol penting yang menjadi bagian tak terpisahkan dari tembang tersebut. Simbol-simbol tersebut seringkali digunakan melalui bahasa yang digunakan, sehingga memperkaya makna dari setiap kata dan kalimat yang digunakan. Salah satu simbol penting adalah penggunaan istilah-istilah alam dan lingkungan sekitar. Contohnya adalah penggunaan kata-kata seperti “sari” yang melambangkan keasrian dan keharuman bunga, atau kata “rara” yang merujuk pada keindahan. Penggunaan simbol-simbol alam ini menggambarkan kekaguman dan penghormatan manusia terhadap alam dan lingkungannya. Selain itu, juga menggunakan simbol-simbol keagamaan. Hal ini terlihat dari penggunaan kata-kata seperti “Nur” yang berarti cahaya Tuhan, atau “Ningrat” yang merujuk pada keagungan Tuhan. Simbol-simbol keagamaan ini menggambarkan rasa kagum dan takjub manusia terhadap kebesaran Tuhan. Tidak hanya itu, Macapat juga menggunakan simbol-simbol sosial dan kultural. Misalnya penggunaan kata-kata seperti “ratu” atau “permaisuri” yang melambangkan kedudukan dan kehormatan seorang wanita, atau penggunaan kata-kata seperti “gusti” yang melambangkan kebesaran dan kekuasaan. Simbol-simbol ini menggambarkan budaya dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam masyarakat pada masa lampau. Secara keseluruhan, simbol-simbol dalam Macapat menggambarkan kekayaan nilai dan budaya yang dimiliki oleh masyarakat pada masa lampau. Penggunaan simbol-simbol ini juga menunjukkan kearifan dan kebijaksanaan para leluhur dalam menghayati makna kehidupan dan lingkungan sekitar. Keindahan dan Estetika Tembang Macapat Tembang Macapat selain memiliki makna filosofis dan simbolis, juga memiliki keindahan dan estetika yang unik. Puisi-puisi yang ditulis dengan bahasa Jawa yang indah dan kaya, sehingga membentuk gambaran atau imaji yang indah dalam pikiran pendengarnya. Keunikan dari segi musik dan irama juga terdapat dalam tembang ini. Macapat biasanya dinyanyikan dengan iringan gamelan, yang memberikan keindahan tersendiri bagi pendengarnya. Penggunaan alat musik seperti gong, kendang, dan suling menghasilkan harmoni yang menenangkan dan menyegarkan. Tembang ini juga memiliki unsur kearifan lokal, dimana lirik-liriknya menggambarkan kehidupan masyarakat Jawa kuno dan nilai-nilai yang dipegang oleh masyarakat tersebut. Hal ini membuat menjadi lebih berarti dan bernilai, karena selain sebagai seni, Macapat juga sebagai warisan budaya yang perlu dilestarikan. Dalam mempelajarinya, kita akan merasakan keindahan dan estetika dari puisi dan musiknya, serta mendapatkan pemahaman yang lebih luas tentang kearifan lokal masyarakat Jawa kuno. Oleh karena itu, belajar Tembang Macapat bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan dan bermanfaat untuk memperkaya pengetahuan dan pengalaman budaya kita. Karakteristik Tembang Macapat yang membuatnya indah Tembang Macapat adalah jenis sastra lisan yang memiliki ciri khas tersendiri. Karakteristiknya yang membuatnya indah antara lain adalah keindahan bunyi dan irama, serta pemilihan kata-kata yang tepat untuk menciptakan makna yang mendalam. Tembang ini juga memiliki kebebasan dalam penggunaan bahasa, sehingga memungkinkan penulisnya untuk memadukan berbagai dialek dan kosakata daerah yang berbeda untuk menciptakan keindahan tersendiri. Selain itu, juga memiliki unsur estetika yang tinggi, baik dari segi penampilan maupun pelantunan. Penampilan tembang ini biasanya dibuat semeriah mungkin dengan mengenakan pakaian adat dan alat musik tradisional, sehingga menciptakan suasana yang khas. Sedangkan dalam pelantunan, memiliki aturan dan pola-pola yang sangat terstruktur, sehingga menciptakan keindahan yang teratur dan harmonis. Hal lain yang membuat tembang ini indah adalah makna-makna yang terkandung di dalamnya, mengandung banyak pesan moral dan filosofis yang mengajarkan kebaikan, kebijaksanaan, dan kearifan lokal. Pesan-pesan tersebut disampaikan melalui kata-kata yang indah dan penuh makna, sehingga menciptakan kesan yang mendalam bagi para pendengarnya. Konsep keindahan dalam Tembang Macapat Tembang Macapat dikenal memiliki keindahan tersendiri yang dapat dinikmati oleh pendengarnya. Konsep keindahannya meliputi beberapa aspek, di antaranya adalah Bunyi dan irama memiliki irama yang khas dan dapat menenangkan hati pendengarnya. Bunyi dari setiap kata dan kalimat yang diucapkan memiliki keharmonisan yang dapat menciptakan suasana yang tenang dan menyenangkan. Bahasa dan makna Bahasa yang digunakan memiliki keindahan tersendiri. Setiap kata yang diucapkan memiliki makna yang mendalam dan dapat memberikan pelajaran hidup bagi pendengarnya. Penampilan dan gerak Selain melalui bunyi dan bahasa, keindahan juga dapat dilihat melalui penampilan dan gerakan yang dimiliki oleh para penampilnya. Busana yang digunakan dmemiliki unsur tradisional yang kental dan memberikan kesan elegan dan mewah. Keindahan bukan hanya dilihat dari satu aspek saja, melainkan merupakan gabungan dari beberapa aspek yang saling berinteraksi dan menghasilkan keharmonisan yang dapat menghipnotis pendengarnya. Hal ini membuat tembang ini menjadi seni yang sangat kaya dan memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Keunikan Tembang Macapat dalam seni musik tradisional Jawa Keunikan Tembang Macapat terletak pada ciri khas melodi, irama, dan liriknya yang mengandung makna filosofis dan menggambarkan keindahan alam serta kehidupan manusia. Salah satu keunikannya adalah penggunaan bahasa Jawa kuno dan aksara Jawa dalam penyajian liriknya. Hal ini memberikan kesan yang sangat kental dengan kebudayaan Jawa. Selain itu, juga memiliki karakteristik irama yang khas, di mana irama dan melodi yang dipakai cenderung sederhana namun memiliki kekuatan yang mampu menyentuh perasaan pendengarnya. Keunikan dalam penyampaiannya yang dilakukan secara lisan dan bukan tertulis merupakan salah satu kelebihan. Hal ini membuat tembang ini lebih terasa hidup dan lebih mengena bagi pendengarnya. Dalam penyampaiannya, biasanya disajikan secara bergiliran antara pengiring dan penyanyi. Keunikan lainnya adalah liriknya yang memiliki makna filosofis. Liriknya mengandung pesan-pesan moral, nasihat, dan kritik sosial yang disampaikan dengan bahasa metafora dan simbolisme yang halus. Melalui liriknya, Tembang Macapat mampu mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang dapat dijadikan sebagai pedoman bagi kehidupan sehari-hari. Dalam seni musik tradisional Jawa, Macapat juga memiliki peran yang sangat penting, digunakan dalam berbagai acara adat, upacara keagamaan, dan juga acara kesenian tradisional. Penggunaan dalam berbagai acara tersebut tidak hanya sebagai hiburan semata, tetapi juga sebagai wujud penghormatan dan pelestarian budaya Jawa yang kaya dan beragam. Dengan segala keunikan dan keindahan yang dimilikinya, Tembang Macapat merupakan warisan budaya yang sangat berharga bagi masyarakat Jawa dan juga Indonesia. Oleh karena itu, pemahaman yang lebih dalam akan sangat membantu dalam melestarikan dan mengapresiasi seni musik tradisional Jawa yang unik ini. Pelajari juga 5 Contoh Tembang Pangkur Bawa dan Sindhenan Contoh Tembang Macapat Macapat adalah warisan budaya Jawa yang sangat kaya akan ragam jenis dan bentuknya. Di bawah ini adalah contoh Tembang Macapat lengkap dengan guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan 1. Maskumambang guru gatra = 4, guru lagu= i, a, i, a, guru wilangan 12, 6, 8, 8 Kelek-kelek biyung sira ana ngendiInggal tulunganaAnakmu kecemplung warihGelagepan wus meh pejah 2. Pocung guru gatra = 4, guru lagu= u, a, i, a, guru wilangan = 12, 6. 8, 12 Beda lamun kang wus sengsem reh ngasamunSemune ngaksamaSasamane bangsa sisipSarwa sareh saking mardi martatama 3. Gambuh guru gatra = 5, guru lagu= u, u, i, u, o, guru wilangan = 7, 10, 12, 8, 8_ Sekar gambuh ping caturKang cinatur polah kang kalanturTanpa tutur katula tula kataliKadaluwarsa katutuhKapatuh pan dadi awon 4. Megatruh guru gatra = 5, guru lagu= u, i, u, i, o, guru wilangan = 12, 8, 8, 8, 8 Aja sipat tan pegat siyang myang daluAmuwun ing ngarsa mamiNora pajar kang kinayunLah mara sira den aglisTutura mringjeneng ingong 5. Mijil guru gatra = 6, guru lagu = i, o, e, i, i, u, guru wilangan = 10, 6, 10, 10, 6, 6 Jalak uren mawurahan samiSamadya andon wohAmuwuhi malad wiyadineAna manuk mamatuk sasariAngsoka sulastriRuru karya gandrung 6. Kinanthi guru gatra = 6, guru lagu = u, i, a, i, a, i, guru wilangan = 8, 8, 8, 8, 8, 8 Padha gulangen ing kalbuIng Sasmita amrip lantipAja pijer mangan nendraIng kaprawiran den kaesthiPesunen sariniraSudanen dhahar lan guling 7. Asmaradana guru gatra = 7, guru lagu = i, a, e, a, a, u, a, guru wilangan = 8, 8, 8, 8, 7, 8, 8 Aja turu sore kakiAna Déwa nganglang jagadNyangking bokor kencananéIsine donga tetulakSandhang kelawan panganYaiku bageyanipunWong melek sabar narima 8. Durma guru gatra = 7, guru lagu = a, i, a, a, i, a, i, guru wilangan = 12, 7, 6, 7, 8, 5, 7 Para siswa gatekno bab kang utamaPisan sholat lan ngajiNgabekti wong tuwaKang rukun marang kancaSabar nalika di ujiTansah nerimaNuju mulyane urip 9. Pangkur guru gatra = 7, guru lagu = a, i, u, a, u, a, i, guru wilangan = 8, 11, 8, 7, 12, 8, 8 Mingkar mingkuring angkaraAkarana karenan mardi siwiMangka nadyan tuwa pikunYen tan mekani rasaYekti sepi sepa lir asepa samunSamangsane pakumpulanGonyak ganyuk nglelingsemi 10. Sinom guru gatra = 9, guru lagu = a, i, a, i, i, u, a, i, a, guru wilangan = 8, 8, 8, 8, 7, 8, 7, 8, 12 Amengani jaman edanEwuh aya ing pambudiMelu edan nora tahanYen tan melu anglakoniBoya keduman melikKaliren wekassanipunDilalah kersa AllahBegja-begjane kang laliLuwih begja kang eling lawan waspada 11. Dhandhanggula guru gatra = 10, guru lagu = i, a, e, u, i, a, u, a, i, a, guru wilangan = 10, 10, 8, 7, 9, 7, 6, 8, 12, 7 Yogyanira kang para prajuritLamun bisa samiya anuladhaDuk ing nguni caritaneAndelira sang PrabuSasrabau ing MaespatiAran Patih SuwandaLelabuhanipunKang ginelung tri prakaraGuna kaya purun ingkang den antepiNuhoni trah utama Pelajari juga Tembang Maskumambang lengkap dengan 11 contoh dan artinya Pentingnya Tembang Macapat untuk dijaga dan dipelajari Dalam sejarahnya, Tembang Macapat dianggap sebagai bentuk puisi tertua di Jawa yang memiliki banyak makna filosofis dan simbolis. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga dan melestarikannya sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia. Dalam mempelajari Macapat, kita dapat memahami filosofi dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Selain itu, kita juga dapat belajar tentang keindahan dan estetika musik tradisional Jawa. Selain itu, juga dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi dalam menciptakan karya seni. Dengan mempelajari Tembang Macapat, kita juga dapat memahami sejarah dan perkembangan seni musik tradisional di Indonesia, serta memperkaya wawasan kita tentang budaya Indonesia. Oleh karena itu, perlu bagi kita untuk terus melestarikan dan mempelajarinya agar dapat dikenal oleh generasi-generasi selanjutnya dan menjadi bagian dari identitas budaya bangsa Indonesia. Pelajari juga Menelusuri Kesenian Tradisional Jawa Melalui Macapat Gambuh Kesimpulan Kesimpulannya, Tembang Macapat merupakan warisan budaya yang sangat penting untuk dilestarikan. Karena tembang ini memiliki sejarah dan filosofi yang dalam, serta memperlihatkan keunikan seni musik tradisional Jawa. Dalam Macapat terdapat berbagai jenis dan karakteristik yang perlu dipahami secara utuh. Penggunaan bahasa Jawa juga memperlihatkan kekayaan dan keindahan budaya Jawa. Dengan mempelajarinya, kita dapat lebih memahami keindahan seni budaya tradisional Indonesia dan memperkaya wawasan kita. Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai Mengenal Tembang Macapat Sejarah, Makna, dan Keindahan, semoga menuai manfaat. Kunjungi terus untuk mendapatkan artikel terbaru seputar bahasa Jawa dan seni budaya, atau ikuti di Google News
Sejarah Tembang Macapat Tembang Macapat diperkirakan muncul pada masa akhir kekuasaan Majapahit dan dimulainya pengaruh Walisanga di daerah Jawa Tengah. Berbeda dengan di Jawa Tengah, daerah Jawa Timur dan Bali lebih dulu mengenal karya sastra ini sebelum datangnya Islam. Sebagai contoh terdapat sebuah teks dari Jawa Timur atau Bali yang dikenal dengan judul Kidung Ranggalawe yang disebutkan telah selesai ditulis pada tahun 1334 M. Terdapat dua pendapat yang berbeda mengenai usia tembang Macapat, terutama hubungannya dengan serat Kekawin. Menurut Prijohoetomo macapat merupakan turunan kekawin dengan tembang gedhe sebagai perantara. Namun, pendapat tersebut disangkal oleh Poerbatjaraka dan Zoetmulder. Kedua pakar tersebut berpendapat bahwa macapat sebagai metrum puisi asli Jawa memiliki usia yang lebih tua dari kekawin. Macapat baru muncul setelah memudarnya pengaruh India. Struktur Aturan Tembang Macapat Syair Tembang Macapat biasanya dibagi menjadi beberapa pupuh, yang setiap pupuhnya dibagi lagi menjadi beberapa pada. Setiap pupuh menggunakan metrum yang sama yang biasanya tergantung pada watak atau isi teks yang diceritakan. Jumlah pada setiap pupuhnya berbeda-beda tergantung jumlah kalimat yang digunakan. Setiap pada dibagi ke dalam beberapa larik atau gatra. Dan setiap larik atau gatranya dibagi ke dalam beberapa suku kata atau wanda. Jadi, setiap gatra memiliki jumlah suku kata tetap dan berakhir pada vokal yang sama. Aturan perihal penggunaan jumlah suku kata dalam setiap gatra atau larik ini disebut dengan istilah guru wilangan. Sementara itu aturan perihal penggunaan vokal akhiran pada setiap gatra atau larik disebut dengan istilah guru lagu. Jadi secara rinci dapat di simpulkan sebagai berikut ini. Guru Gatra yaitu banyaknya jumlah baris larik dalam setiap baitnya. Guru Lagu yaitu bunyi vokal akhiran kata dalam setiap baris larik. Guru Wilangan yaitu banyaknya jumlah suku kata wanda pada tiap baris larik. Jumlah guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan tembang macapat berdasarkan metrumnya secara rinci pada tabel berikut ini. Terdapat 11 macam tembang macapat yang dikenal masyarakat Jawa. Setiap jenis tembang memiliki makna dan menggambarkan kehidupan manusia mulai dari alam ruh sampai meninggalnya manusia. Penjelasan makna tembang dan watak tembang macapat tersebut adalah sebagai berikut ini. 11 Macam Tembang Macapat dan Contohnya 1. Tembang Maskumambang 2. Tembang Mijil Tembang Mijil berasal dari kata "Wijil, Wiyos, Raras" dalam bahasa Jawa yang artinya keluar. Tembang Mijil ini menggambarkan awal lahirnya manusia ke alam dunia. Tembang Mijil ini menjadi tembang ke dua setelah Maskumambang yang bermakna janin atau jabang bayi dalam kandungan ibunya. Kelahiran merupakan sebuah perjuangan seorang ibu dimana ia memperjuangkan dua nyawa sekaligus, dirinya dan nyawa anaknya. Seberat apapun perjuangan tersebut didalamnya terdapat cinta dan harapan dari seluruh keluarga. Cemas dan bahagia selalu meliputi dalam penantian kelahiran buah hati. Watak Tembang Mijil yaitu pengharapan, welas asih, perhatian dan tentang cinta. Tembang Mijil digunakan sebagai media dalam memberikan nasihat, cerita cinta, pengharapan, dan ajaran tentang ketabahan dalam menjalani laku kehidupan. Tembang-tembang Mijil mencerminkan tentang perasaan kesedihan maupun kebahagiaan. Tembang Mijil memiliki Guru Gatra 6 baris setiap bait Artinya tembang Mijil ini memiliki 6 larik atau baris kalimat. Guru Wilangan Tembang Mijil yaitu 10, 6, 10, 10, 6, 6 Artinya baris pertama terdiri dari 10 suku kata, baris kedua berisi 6 suku kata, dan seterusnya. Dan Guru Lagu Tembang Mijil yaitu i, o, e, i, i,u Artinya baris pertama berakhir dengan vokal i, baris kedua berakhir vokal o, dan seterusnya. Contoh Tembang Mijil 1 Wulang estri kang wus palakrami Lamun pinitados Amengkoni mring balewismane Among putra marusentanabdi Den angati-ati Ing sadurungipun Artinya Nasihat untuk wanita yang sudah berumah tangga Hendaknya dapat dipercaya Melindungi rumah tangganya Mengasuh anak, maru keluarga dan abdi Selalu berhati-hati Sebelum melakukan sesuatu. 2 Madya ratri kentarnya mangikis, Sira Sang lir sinom, Saking taman miyos butulane, Datan wonten cethine udani, Lampahe lestari, Wus ngambah marga Gung. Artinya Tengah malam suasana mencekam, Dia Sang pemuda, Dari taman keluar pintu belakang, Tidak ada yang menanyai, Perjalanannya selamat, Sudah sampai jalan besar. Contoh Video Penyajian Tembang Mijil 3. Tembang Kinanthi 4. Tembang Sinom 5. Tembang Asmaradana 6. Tembang Gambuh 7. Tembang Dhandhanggula 8. Tembang Durma Tembang Durma berasal dari kata "Derma" dalam bahasa Jawa yang artinya suka memberi dan berbagi rejeki kepada orang lain. Bagi beberapa kalangan mengartikan Durma sebagai "munduring tata krama" mundurnya etika. Sifat-sifat buruk banyak digambarkan pada tembang macapat Durma. Watak Tembang Durma yaitu menggambarkan sifat amarah, berontak, dan semangat perang. Tembang Durma menggambarkan sifat manusia manusia yang cenderung egois, berbuat keburukan, dan ingin menang sendiri. Tembang Durma memiliki Guru Gatra 7 baris setiap bait Artinya tembang Durma ini memiliki 7 larik atau baris kalimat. Guru Wilangan Tembang Durma yaitu 12, 7, 6, 7, 8, 5, 7 Artinya baris pertama terdiri dari 12 suku kata, baris kedua berisi 7 suku kata, dan seterusnya. Dan Guru Lagu Tembang Durma yaitu a, i, a, a, i, a, i Artinya baris pertama berakhir dengan vokal a, baris kedua berakhir vokal i, dan seterusnya. Contoh Tembang Durma Damarwulan tuhu prajurit utama, Tan apasah dening geni, Lah ta Damarwulan, Mara sira malesa, Tadhahana keris mami, Iya tibakna, Sayekti sun tadhahi. Langendriyan IV. 38 Artinya Damarwulan memang prajurit utama, Tidak mempan oleh api, Adalah Damarwulan, Datang segera balaslah, Terimalah keris saya, Iya jatuhkan, Sungguh saya terima. Contoh Video Penyajian Tembang Durma 9. Tembang Pangkur 10. Tembang Megatruh 11. Tembang Pocung Baca juga Macam-Macam Tembang Tengahan dan Contohnya Gamelan Jawa, Nama-Nama Instrumen Gamelan dan Fungsinya Demikian ulasan tentang "Tembang Macapat Sejarah, Struktur dan Contohnya" yang dapat kami sampaikan. Baca juga artikel tembang macapat menarik lainnya di situs
tembang macapat dapat ditemukan di musik